Ini malam tatap lilin
Kita menghitung waktu
Rindu seolah hutang yang harus terbayar di redup lilin
Rindu kelip lampu di sepanjang Eltari hingga Liliba, Penfui hingga Tarus
Rindu akan bunyi Sasando, Okulele, Tarian Gong, Bonet, serta Ja'i
Rindu tersayang, rindu pukulan ombak malam di Tedis
Rindu akan redup lampu di Taman Nostalgia
Ini malam tatap lilin
Setiap malam ada rindu di redup lilin
Papua, 2015_© Wili Suni
Jumat, 12 April 2019
Senin, 08 April 2019
Sahabat, Kisah Tanpa Jeda
Dalam diri itu, ada mata Allah
Kau temukan aku dalam diam panjang
Berpelukan melewati pagi dan menatap senja pergi
Hari kita tertata rapi dengan tawa
Kau temukan aku dalam diam panjang
Berpelukan melewati pagi dan menatap senja pergi
Hari kita tertata rapi dengan tawa
Aku tak pernah memahat waktu
Pula tak pernah meremehkan matahari
Tapi dalam hati, tak pernah resah
Cukup aroma kopi dan rokok, segala gelisah pergi
Juga, asalkan kau di samping
Memangku peluh pergi dari malam
Hingga seruputan terakhir di pelataran pagi
Pula tak pernah meremehkan matahari
Tapi dalam hati, tak pernah resah
Cukup aroma kopi dan rokok, segala gelisah pergi
Juga, asalkan kau di samping
Memangku peluh pergi dari malam
Hingga seruputan terakhir di pelataran pagi
yang datang menikmati kopi dingin
dan sisa-sisa bias kisah yang masih hangat
dan sisa-sisa bias kisah yang masih hangat
Suatu kelak, waktu beranjak
Dan sisa-sisa kopi kehabisan aromanya
Kisah-kisah kembali diam bersamaku
Biarkan aku rindu
Mencaci kopi yang berlalu tanpa menitipkan kisah terakhir
Membiarkan diri terlelap dalam mimpi yang tertidur
Kisah-kisah kembali diam bersamaku
Biarkan aku rindu
Mencaci kopi yang berlalu tanpa menitipkan kisah terakhir
Membiarkan diri terlelap dalam mimpi yang tertidur
Asalkan waktu berbisik padamu,
bahwa kopi ini tak membuatku kehilangan lelah lagi
bahwa kepulan asap rokok ini tercabik-cabik kumis menjulang
bahwa aku akan menunggu kau datang
Merebahkan lelah bersama lagi
Menanti pagi dan tak berkedip
Bangunkan aroma kopi dan rokok yang sama
Berkisah lagi tanpa jeda
bahwa kopi ini tak membuatku kehilangan lelah lagi
bahwa kepulan asap rokok ini tercabik-cabik kumis menjulang
bahwa aku akan menunggu kau datang
Merebahkan lelah bersama lagi
Menanti pagi dan tak berkedip
Bangunkan aroma kopi dan rokok yang sama
Berkisah lagi tanpa jeda
Kupang, 28 Maret 2019_©Wili Suni
GEGER
GEGER
Jumat, 05 April 2019
Tentang Rindu
Malam yang gerah
Hatiku membeku
Mencakar nuraniku tuk temani rindu pada jarak yang lampau
Indahlah jalur panjang yang habis kita lalui
Remuklah kisah yang kita aminkan
Dalam doa yang sujud
Aku syukuri besar hatiku yang diberikan Tuhan
Aku berziarah dalam lembah rindu yang padat
Setiap hembus nafasku adalah rindu
Kepada gadisku di hulu Borneo
Kapan rindu kita bermuara, sayangku
Kepada gadisku yang tersekat di samping Kapuas
Rindu kita adalah doa syarat cinta
Mari bersulang hingga gelas-gelas menjadi terlelap dalam pandang dan peluk, sayangku
Kupang, 15 Oktober 2018_Wili Suni
Hatiku membeku
Mencakar nuraniku tuk temani rindu pada jarak yang lampau
Indahlah jalur panjang yang habis kita lalui
Remuklah kisah yang kita aminkan
Dalam doa yang sujud
Aku syukuri besar hatiku yang diberikan Tuhan
Aku berziarah dalam lembah rindu yang padat
Setiap hembus nafasku adalah rindu
Kepada gadisku di hulu Borneo
Kapan rindu kita bermuara, sayangku
Kepada gadisku yang tersekat di samping Kapuas
Rindu kita adalah doa syarat cinta
Mari bersulang hingga gelas-gelas menjadi terlelap dalam pandang dan peluk, sayangku
Kupang, 15 Oktober 2018_Wili Suni
Langganan:
Komentar (Atom)
